Dibawah hamparan gelap luas yang bertabur bintang
Aku menatap satu bintang yang paling terang
Aku menatapnya dengan penuh harapan
Seolah itu kau
Yang kini jauh seakan hilang..
Selama ini
Aku mencoba tuk selalu mengerti hatiku
Namun ternyata semua masih semu ku rasakan
Nama yang terukir dalam karang hatiku
Kini seakan terkikis
Oleh ombak yang menghantam..
Aku dan jenuhku, Bersamaan membisu
Terlalu jauh untuk maraih bintang yang sedang ku tatap
Aku dan senyumku
Mengikuti diam termenung
Namun tercipta sebuah mimpi
Yang hilang hanya dalam sekejap
Rabu, 30 Mei 2012
Selasa, 22 Mei 2012
Sejarah Banten
Kesultanan Banten berawal ketika
Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525,
Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan
Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut
sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan
Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan
Cimanuk.Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri
dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak.
Anak yang pertama bernama Maulana
Yusuf. Sedangkan anak kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan
menjadi Penguasa Jepara.Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat
(1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak
Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih
terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini
dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Asal-usul
Banten sebagai sebuah kerajaan Islam agak unik juga. Kerajaan ini tidak bermula
dari tumbuhnya dan membesarnya sebuah kekuasaan lokal, tetapi muncul sebagai
akibat dari ekspansi kekuasaan dari luar. Dalam usaha untuk meluaskan kekuasaan
dan mengembangkan Islam, Sunan Gunung Jati, ulama -penguasa dari Cirebon dan
salah seorang Wali Sanga, mendirikan Banten, yang terletak di ujung Barat Pulau
Jawa. Setelah itu, Sunan Gunung Jati meninggalkan putranya sebagai penguasa
Banten yang pertama. Ketika kemudian Cirebon melepaskan perwaliannya atas
wilayah di ujung Barat Pulau Jawa (1552) kesultanan Banten pun resmi berdiri
dan Pangeran Adipati Hasanuddin pun menjadi Sultan Hasanuddin.
Tradisi sejarah Banten tidak bisa melupakan bahwa Maulana Jusuf tewas ketika ia ingin meluaskan pengaruh dan kekuasaan kesultanan Banten ke Palembang, tetapi dengan memakaikan keuntungan dari tinjauan ke belakang (atau historical hindsight, kata orang sana) kekalahan ini sesungguhnya bisa dilihat sebagai awal dari konsolidasi kekuasaan internal Banten. Dan sejak itu pula Banten semakin tampil sebagai entrepot yang terbesar di Pulau Jawa. Saingan Banten di Nusantara sebagai entrepot pelabuhan yang menerima barang impor, mengirim barang ekspor, dan mengekspor barang impor- hanya Aceh di Barat dan Makassar di Timur. Ukuran kebesaran enterpot ini bisa dilihat juga antara lain pada perkiraan jumlah penduduk yang diberikan oleh para pelapor asing.
Tentang Banten laporan-laporan asing memperlihatkan bahwa antara tahun 1660-1690 terjadi fluktuasi yang hebat juga dari jumlah penduduk. Sebuah perkiraan pada tahun 1662 mengatakan bahwa penduduk Banten lebih dari 100 ribu, tetapi pada perkiraan pada tahun 1672 telah memperlihatkan lonjakan jumlah yang hebat. Pada waktu itu diperkirakan jumlah penduduk 800 ribu. Sepuluh tahun kemudian 700 ribu. Tetapi pada tahun 1696 telah turun menjadi 125 ribu. Sudah pasti perkiraan jumlah penduduk itu tidak akurat, tetapi dalam perbandingan perkiraan ini memperlihatkan bahwa Banten mempunyai penduduk yang terbesar di Nusantara. Saingannya hanya perkiraan jumlah penduduk Mataram pada tahun 1624. Karena itu bisa jugalah dipahami kalau sumber-sumber tentang sejarah Banten selama abad ke-16 – abad ke-17 sangat banyak juga. Penurunan jumlah penduduk yang drastis dari tahun 1682 -1696 tentu masuk akal juga, karena pada tahun 1682 itulah masa akhir kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Sejak itu sejarah Banten hanyalah berisikan kisah kemerosotan saja sampai akhirnya menjadi residentie Banten.
Sejak itu sejarah Banten adalah rentetan dari kisah yang “menunda kekalahan” saja. Fakta bahwa Putra Mahkota bisa berkhianat pada ayahandanya serta-merta menyebabkan karisma tradisional yang dipegang kraton pun meluntur pula. Seperti juga halnya dengan Mataram, ketika penetrasi dan pengaruh kekuasaan asing telah semakin dirasakan, maka kraton pun ada kalanya menjadi sasaran pemberontakan.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa (Abdulfattah) bisa dikalahkan, independensi Banten mulai setahap demi setahap digerogoti. Sultan Haji memerintah, tetapi hegemoni telah berada di tangan VOC. Kemudian hegemoni ini secara berangsur menjadi dominasi (mulai dari zaman Daendels) sampai akhirnya resmi berada di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda — kesultanan telah dihapuskan. Benar, sejarah Banten adalah sejarah tentang sebuah daerah di tanah air kita, tetapi dari sudut pandang lain, sejarah Banten mungkin bisa juga dilihat sebagai sebuah gambaran umum dari “lahir dan tumbangnya” kekuasaan pribumi — lahir, tumbuh, berkembang menjadi pusat dagang, melawan monopoli, perang, kalah, hegemoni asing, dominasi, akhirnya kolonialisme.
Sultan Ageng titayasa
Tradisi sejarah Banten tidak bisa melupakan bahwa Maulana Jusuf tewas ketika ia ingin meluaskan pengaruh dan kekuasaan kesultanan Banten ke Palembang, tetapi dengan memakaikan keuntungan dari tinjauan ke belakang (atau historical hindsight, kata orang sana) kekalahan ini sesungguhnya bisa dilihat sebagai awal dari konsolidasi kekuasaan internal Banten. Dan sejak itu pula Banten semakin tampil sebagai entrepot yang terbesar di Pulau Jawa. Saingan Banten di Nusantara sebagai entrepot pelabuhan yang menerima barang impor, mengirim barang ekspor, dan mengekspor barang impor- hanya Aceh di Barat dan Makassar di Timur. Ukuran kebesaran enterpot ini bisa dilihat juga antara lain pada perkiraan jumlah penduduk yang diberikan oleh para pelapor asing.
Tentang Banten laporan-laporan asing memperlihatkan bahwa antara tahun 1660-1690 terjadi fluktuasi yang hebat juga dari jumlah penduduk. Sebuah perkiraan pada tahun 1662 mengatakan bahwa penduduk Banten lebih dari 100 ribu, tetapi pada perkiraan pada tahun 1672 telah memperlihatkan lonjakan jumlah yang hebat. Pada waktu itu diperkirakan jumlah penduduk 800 ribu. Sepuluh tahun kemudian 700 ribu. Tetapi pada tahun 1696 telah turun menjadi 125 ribu. Sudah pasti perkiraan jumlah penduduk itu tidak akurat, tetapi dalam perbandingan perkiraan ini memperlihatkan bahwa Banten mempunyai penduduk yang terbesar di Nusantara. Saingannya hanya perkiraan jumlah penduduk Mataram pada tahun 1624. Karena itu bisa jugalah dipahami kalau sumber-sumber tentang sejarah Banten selama abad ke-16 – abad ke-17 sangat banyak juga. Penurunan jumlah penduduk yang drastis dari tahun 1682 -1696 tentu masuk akal juga, karena pada tahun 1682 itulah masa akhir kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Sejak itu sejarah Banten hanyalah berisikan kisah kemerosotan saja sampai akhirnya menjadi residentie Banten.
Sejak itu sejarah Banten adalah rentetan dari kisah yang “menunda kekalahan” saja. Fakta bahwa Putra Mahkota bisa berkhianat pada ayahandanya serta-merta menyebabkan karisma tradisional yang dipegang kraton pun meluntur pula. Seperti juga halnya dengan Mataram, ketika penetrasi dan pengaruh kekuasaan asing telah semakin dirasakan, maka kraton pun ada kalanya menjadi sasaran pemberontakan.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa (Abdulfattah) bisa dikalahkan, independensi Banten mulai setahap demi setahap digerogoti. Sultan Haji memerintah, tetapi hegemoni telah berada di tangan VOC. Kemudian hegemoni ini secara berangsur menjadi dominasi (mulai dari zaman Daendels) sampai akhirnya resmi berada di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda — kesultanan telah dihapuskan. Benar, sejarah Banten adalah sejarah tentang sebuah daerah di tanah air kita, tetapi dari sudut pandang lain, sejarah Banten mungkin bisa juga dilihat sebagai sebuah gambaran umum dari “lahir dan tumbangnya” kekuasaan pribumi — lahir, tumbuh, berkembang menjadi pusat dagang, melawan monopoli, perang, kalah, hegemoni asing, dominasi, akhirnya kolonialisme.
Sultan Ageng titayasa
Sultan Ageng Tirtayasa
(Banten, 1631 - 1692) adalah putra
Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad yang menjadi
Sultan Banten periode
1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, Ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar
Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meningdengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah. Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton
baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang). Ia dimakamkan di Mesjid
Banten.
Daftar pemimpin Kesultanan Banten
- Sunan
Gunung Jati
- Sultan
Maulana Hasanudin 1552 - 1570
- Maulana
Yusuf 1570 - 1580
- Maulana
Muhammad 1585 - 1590
- Sultan
Abdul Mufahir Mahmud Abdul Kadir 1605 - 1640 (dianugerahi gelar tersebut
pada tahun 1048 H (1638) oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu.)
- Sultan
Abu al-Ma'ali Ahmad 1640 - 1650
- Sultan
Ageng Tirtayasa 1651-1680
- Sultan
Abdul Kahar (Sultan Haji) 1683 - 1687
- Abdul
Fadhl / Sultan Yahya (1687-1690)
- Abul
Mahasin Zainul Abidin (1690-1733)
- Muhammad
Syifa Zainul Ar / Sultan Arifin (1750-1752)
- Muhammad
Wasi Zainifin (1733-1750)
- Syarifuddin
Artu Wakilul Alimin (1752-1753)
- Muhammad
Arif Zainul Asyikin (1753-1773)
- Abul
Mafakir Muhammad Aliyuddin (1773-1799)
- Muhyiddin
Zainush Sholihin (1799-1801)
- Muhammad
Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802)
- Wakil
Pangeran Natawijaya (1802-1803)
- Aliyuddin
II (1803-1808)
- Wakil
Pangeran Suramanggala (1808-1809)
- Muhammad
Syafiuddin (1809-1813)
130 M Berdiri Kerajaan Salakanagara (Negeri Perak)
yang beribukota Rajatapura yang terletak di pesisir
barat Pandeglang.
Raja pertama Dewawarman I (130 – 168 M) yang bergelar Aji Raksa Gapurasagara (Raja penguasa gerbang lautan)
Daerah kekuasaannya meliputi :
- Kerajaan Agrabinta di Pulau Panaitan
- Kerajaan Agnynusa di Pulau Krakatau
Raja pertama Dewawarman I (130 – 168 M) yang bergelar Aji Raksa Gapurasagara (Raja penguasa gerbang lautan)
Daerah kekuasaannya meliputi :
- Kerajaan Agrabinta di Pulau Panaitan
- Kerajaan Agnynusa di Pulau Krakatau
Setelah Penelitian
pada tanggal 15
April 2012, menurut sepengetahuan
saya sejarah banten
itu adalah negeri yang sangat kaya sumber sejarah
dan memiliki kekhasan karena berada di dua tradisi utama nusantara, yaitu
tradisi kerajaan jawa, dan tradisi perdagangan melayu. Kerajaan ini tidak hanya
menulis sejarahnya sendiri, tetapi juga meransang banyak tulisan dari
pengunjung2 asing. Alhasil rekonstruksi atas masyarakat, kebudayaan dan
mentalitas dinegeri lebih baik daripada dinegeri-negri lain di nusantara.
165 M Banten (Pulau Panaitan) masuk dalam peta
yang dibuat oleh
Claudius Ptolomeus sebagai bagian dari jalur pelayaran
dari Eropa menuju
Cina dengan melalui
India, Vietnam, ujung utara dan pesisir
barat Sumatera, Pulau Panaitan, Selat Sunda, terus
melalui Laut Cina Selatan sampai ke Daratan Cina.Abad 5 M Prasasti Munjul yang
diperkirakan berasal dari abad ke V masehi ditemukan di Sungai Cidangiang,
Lebak Munjul – Pandeglang.
Prasasti berhurufkan palawa dengan bahasa sanksekerta menyatakan bahwa raja yang berkuasa di kawasan tersebut adalah Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara. Dalam prasasti tersebut dituliskan juga bahwa negara pada saat itu berada dalam kemakmuran dan kejayaannya.Abad XII – XV Banten menjadi pelabuhan dari Kerajaan Pajajaran.
Abad XIV Ditemukan prasasti di Bogor, yang menyatakan Pakuan Pajajaran didirikan oleh Sri Sang Ratu Dewata, yang daerah kekuasaannya meliputi seluruh Banten, Kalapa (Jakarta), Bogor, sampai Cirebon.
Abad XVI Awal abad ke XVI, Banten dibawah pemerintahan Prabu Pucuk Umun (Dalam Babad Cibeber disebut juga sebagai Ratu Ajar Domas). Pusat pemerintahannya terletak di Banten Girang, yang dihubungkan dengan pelabuhan Banten melalui Sungai Cibanten, dan melalui Klapa dua sebagai jalur darat.
Prasasti berhurufkan palawa dengan bahasa sanksekerta menyatakan bahwa raja yang berkuasa di kawasan tersebut adalah Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara. Dalam prasasti tersebut dituliskan juga bahwa negara pada saat itu berada dalam kemakmuran dan kejayaannya.Abad XII – XV Banten menjadi pelabuhan dari Kerajaan Pajajaran.
Abad XIV Ditemukan prasasti di Bogor, yang menyatakan Pakuan Pajajaran didirikan oleh Sri Sang Ratu Dewata, yang daerah kekuasaannya meliputi seluruh Banten, Kalapa (Jakarta), Bogor, sampai Cirebon.
Abad XVI Awal abad ke XVI, Banten dibawah pemerintahan Prabu Pucuk Umun (Dalam Babad Cibeber disebut juga sebagai Ratu Ajar Domas). Pusat pemerintahannya terletak di Banten Girang, yang dihubungkan dengan pelabuhan Banten melalui Sungai Cibanten, dan melalui Klapa dua sebagai jalur darat.
1552 M Kemajuan
perkembangan Banten yang sangat pesat, menjadikan status Banten ditingkatkan
dari Kadipaten menjadi Kerajaan. Hassanudin ditunjuk sebagai raja pertama. Dan
pada tahun yang sama pula, Fatahillah (menantu dari Sunan Gunung Jati) diangkat
menjadi raja di Cirebon, mewakili Sunan Gunung Jati, dikarenakan mangkatnya
raja Cirebon, Pangeran Pasarean (putera Sunan Gunung Jati) di tahun tersebut.
Untuk menjalankan tugas pemerintahan di Jayakarta diangkat Pangeran Bagus
Angke, menantu Sultan Hassanudin.
1552-1570 M Masa Pemerintahan
Sultan Maulana Hassanudin.
Sultan Maulana Hassanudin memerintah sebagai raja pertama Kesultanan Banten dari tahun 1552 M hingga wafatnya di tahun 1570 M.
Pada masa pemerintahannya, digambarkan kota Banten telah berkembang sangat pesat. Jumlah penduduk diperkirakan telah mencapai 70.000 jiwa. Terletak di pertengahan pesisir teluk Banten, Kota yang dikenal dengan nama Surosowan ini memiliki panjang 400 hingga 850 depa. Kota Banten dilewati sungai jernih yang dapat dilalui oleh kapal jung dan gale.
Kota Banten dikelilingi benteng bata setebal tujuh telapak tangan. Bangunan bangunan pertahanan dua lantai terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan meriam. Di tengah kota terdapat alun alun yang digunakan untuk kegiatan ketentaraan, kesenian rakyat dan juga sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di sisi selatan alun alun, disampingnya dibangun bangunan datar yang ditinggikan dan diatapi yang disebut srimanganti, sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyat. Di sebelah barat alun alun dibangunlah Masjid Agung Banten.
Sultan Maulana Hassanudin memerintah sebagai raja pertama Kesultanan Banten dari tahun 1552 M hingga wafatnya di tahun 1570 M.
Pada masa pemerintahannya, digambarkan kota Banten telah berkembang sangat pesat. Jumlah penduduk diperkirakan telah mencapai 70.000 jiwa. Terletak di pertengahan pesisir teluk Banten, Kota yang dikenal dengan nama Surosowan ini memiliki panjang 400 hingga 850 depa. Kota Banten dilewati sungai jernih yang dapat dilalui oleh kapal jung dan gale.
Kota Banten dikelilingi benteng bata setebal tujuh telapak tangan. Bangunan bangunan pertahanan dua lantai terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan meriam. Di tengah kota terdapat alun alun yang digunakan untuk kegiatan ketentaraan, kesenian rakyat dan juga sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di sisi selatan alun alun, disampingnya dibangun bangunan datar yang ditinggikan dan diatapi yang disebut srimanganti, sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyat. Di sebelah barat alun alun dibangunlah Masjid Agung Banten.
Sultan Hassanudin dalam
usahanya membangun dan mengembangkan
kota Banten lebih menitik beratkan pada pengembangan sektor perdagangan,
disamping memperluas lahan pertanian dan
perkebunan. Pada masa pemerintahannya,
Banten telah menjadi pelabuhan utama di Nusantara, sebagai persinggahan utama dan
penghubung pedagang pedagang dari Arab,
Parsi, Cina, dengan kerajaan kerajaan di
Nusantara. Sultan Hassanudin wafat tahun 1570 M dan dimakamkan di samping
Masjid Agung. Setelah wafatnya, Maulana Hassanudin dikenal dengan sebutan
Sedakinking. Sebagai penggantinya, dinobatkanlah Pangeran Yusuf sebagai Raja
Banten ke 2.
Dengan majunya
perdagangan maritim di Banten, maka kota Surosowan dikembangkan menjadi kota
pelabuhan terbesar di Jawa. Ramainya kota baru ini dengan penduduk pribumi
maupun pendatang membuat diberlakukannya aturan penataan dan penempatan
penduduk berdasarkan keahlian dan asal daerah penduduk. Perkampungan untuk
orang asing biasanya ditempatkan di luar tembok kota, seperti Pekojan yang
diperuntukan bagi pedagang muslim dari kawasan Arab ditempatkan di sebelah
barat pasar Karangantu, Pecinan yang diperuntukan bagi pendatang dari Cina
ditempatkan di sebelah barat Masjid Agung, di luar batas kota. Penataan
pengelompokan pemukiman ini selain bertujuan untuk kerapian dan keserasian kota
juga untuk kepentingan keamananan, dan merupakan upaya penyebaran dan perluasan
kota.
Selain penataan
pemukiman, juga dilakukan perkuatan dan penebalan tembok keliling kota dan
tembok benteng sekeliling istana. Tembok benteng diperkuat dengan lapisan luar
yang terbuat dari bata dan batu karang dengan parit parit disekelilingnya.
Perbaikan Masjid Agung juga dilakukan dan penambahan bangunan menara dengan
bantuan Cek Ban Cut, arsitek muslim asal Mongolia.
Untuk kepentingan irigasi bagi persawahan yang berada di sekitar kota dan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kota Surosowan, di buatlah danau buatan yang dinamakan Tasikardi. Air dari sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau ini, yang kemudian disalurkan ke daerah daerah sekitar danau. Dengan melalui pipa pipa terakota, setelah diendapkan di Pengindelan Abang dan Pengindelan Putih, air yang sudah jernih dialirkan ke keraton dan tempat tempat lain di dalam kota. Di tengah danau buatan ini juga dibuat pulau kecil yang digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga keraton.
Untuk kepentingan irigasi bagi persawahan yang berada di sekitar kota dan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kota Surosowan, di buatlah danau buatan yang dinamakan Tasikardi. Air dari sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau ini, yang kemudian disalurkan ke daerah daerah sekitar danau. Dengan melalui pipa pipa terakota, setelah diendapkan di Pengindelan Abang dan Pengindelan Putih, air yang sudah jernih dialirkan ke keraton dan tempat tempat lain di dalam kota. Di tengah danau buatan ini juga dibuat pulau kecil yang digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga keraton.
Sultan Maulana Yusuf
wafat pada tahun 1580 M dan dimakamkan di Pakalangan Gede dekat kampung
Kasunyatan sekarang, dan karenanya beroleh gelar Pangeran Panembahan Pakalangan
Gede atau Pangeran Pasarean. Sebagai pengganti, diangkatlah putranya, Pangeran
Muhammad yang pada waktu itu baru berusia 9 tahun.1579 M Pasukan Banten di
bawah pimpinan Sultan Maulana Yusuf berhasil merebut Pakuan, ibu kota Kerajaan
Pajajaran dan menguasai seluruh wilayah bekas kerajaan Pajajaran.
Raja terakhir yang memerintah Kerajaan Pajajaran adalah Raga Mulya atau Prabu Surya Kencana, yang juga dijuluki Prabu Pucuk Umun atau Panembahan Pulosari, karena pada akhir masa kepemerintahannya berkedudukan di gunung Pulosari, Pandeglang. Benteng Pulosari dapat dikuasai oleh Sultan Maulana Yusuf pada tanggal 8 Mei 1579/11 Rabiul Awal 987 H.
Raja terakhir yang memerintah Kerajaan Pajajaran adalah Raga Mulya atau Prabu Surya Kencana, yang juga dijuluki Prabu Pucuk Umun atau Panembahan Pulosari, karena pada akhir masa kepemerintahannya berkedudukan di gunung Pulosari, Pandeglang. Benteng Pulosari dapat dikuasai oleh Sultan Maulana Yusuf pada tanggal 8 Mei 1579/11 Rabiul Awal 987 H.
1580-1596 M Sultan
Maulana Muhammad Kanjeng Ratu Banten Surosowan
Keadaan Banten pada masa Sultan Maulana Muhammad dapat diketahui berdasarkan kesaksian Willem Lodewycksz yang mengikuti Cornelis de Houtman yang mendarat di pelabuhan Banten tahun 1596. Dari catatan mereka diketahui bahwa Kota Banten mempunyai tembok tembok yang lebarnya lebih dari depa orang dewasa dan terbuat dari bata merah. Diperkirakan besarnya sebesar kota Amsterdam tahun 1480 M dan orang dapat melayari seluruh kota Banten melalui banyak sungai.
Keadaan Banten pada masa Sultan Maulana Muhammad dapat diketahui berdasarkan kesaksian Willem Lodewycksz yang mengikuti Cornelis de Houtman yang mendarat di pelabuhan Banten tahun 1596. Dari catatan mereka diketahui bahwa Kota Banten mempunyai tembok tembok yang lebarnya lebih dari depa orang dewasa dan terbuat dari bata merah. Diperkirakan besarnya sebesar kota Amsterdam tahun 1480 M dan orang dapat melayari seluruh kota Banten melalui banyak sungai.
Maulana Muhammad
terkenal sebagai orang yang saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam,
beliau banyak mengarang kitab agama Islam dan membangun masjid hingga ke
pelosok negeri. Sultan juga menjadi khatib dan imam untuk setiap shalat Jum’at
dan Hari Raya. Pada masa kepemimpinannya, Masjid Agung diperindah dengan
melapisi dinding dengan keramik dan kolomnya dengan kayu cendana, untuk tempat
shalat perempuan disediakan tempat khusus yang disebut pawastren atau
pawadonan.
Sultan Maulana Muhammad wafat pada tahun
1596 pada saat penyerangan ke Palembang, perang yang dimulai akibat bujukan
Pangeran Mas, keturunan dari Kerajaan Demak yang ingin menjadi Raja Palembang.
Sultan tertembak ketika memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri di Sungai
Musi.
Sultan Maulana Muhammad wafat di usia 25 tahun, dimakamkan di serambi Masjid Agung dan beroleh gelar Pangeran Seda ing Palembang atau Pangeran Seda ing Rana. Sultan meninggalkan putra yang baru berusia lima bulan, yaitu Abul Mafakhir, yang ditunjuk sebagai penggantinya.
1596-1651 M Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir
Sultan Abul Mafakhir yang baru berusia lima bulan, untuk menjalankan roda pemerintahan maka ditunjuklah Mangkubumi Jayanegara, seorang tua yang lemah lembut dan luas pengalamannya dalam pemerintahan sebagai walinya.
Masa awal pemerintahan Sultan yang masih balita ini merupakan masa masa pahit dalam sejarah Kesultanan Banten karena banyaknya perpecahan dalam keluarga kerajaan, dengan berbagai kepentingan yang berbeda serta keinginan untuk merebut tahta kerajaan.
Pada saat Mangkubumi Jayanegara wafat di tahun 1602 M, perwalian dikembalikan ke ibunda sultan, Nyai Gede Wanagiri. Nyai Gede Wanagiri yang telah menikah kembali, mendesak agar suami barunya ditunjuk sebagai Mangkubumi. Mangkubumi yang baru ini, dalam kenyataannya banyak menerima suap dari pedagang asing, sehingga tidak memiliki wibawa dan keputusannya lebih banyak tidak ditaati. Kekacauan di dalam negeri semakin membesar dan tidak dapat ditangani karena Mangkubumi lebih sibuk mengurus keributan yang ditimbulkan oleh pedagang Belanda dengan pedagang Inggris, Portugis, maupun pedagang dalam negeri.
Puncak dari kekacauan itu adalah dibunuhnya Mangkubumi, yang memicu terjadinya perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Pailir, yang terjadi di tahun 1608 – 1609 M. Perang untuk memperebutkan tahta yang dilancarkan oleh Pangeran Kulon, saudara sultan lain ibu ini, dapat dihentikan atas usaha Pangeran Jayakarta hingga dibuat perjanjian perdamaian antara semua pihak. Salah satunya adalah diangkatnya Pangeran Ranamanggala sebagai Mangkubumi dan wali dari sultan muda, semenjak itu Banten menjadi aman kembali.
Sultan Maulana Muhammad wafat di usia 25 tahun, dimakamkan di serambi Masjid Agung dan beroleh gelar Pangeran Seda ing Palembang atau Pangeran Seda ing Rana. Sultan meninggalkan putra yang baru berusia lima bulan, yaitu Abul Mafakhir, yang ditunjuk sebagai penggantinya.
1596-1651 M Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir
Sultan Abul Mafakhir yang baru berusia lima bulan, untuk menjalankan roda pemerintahan maka ditunjuklah Mangkubumi Jayanegara, seorang tua yang lemah lembut dan luas pengalamannya dalam pemerintahan sebagai walinya.
Masa awal pemerintahan Sultan yang masih balita ini merupakan masa masa pahit dalam sejarah Kesultanan Banten karena banyaknya perpecahan dalam keluarga kerajaan, dengan berbagai kepentingan yang berbeda serta keinginan untuk merebut tahta kerajaan.
Pada saat Mangkubumi Jayanegara wafat di tahun 1602 M, perwalian dikembalikan ke ibunda sultan, Nyai Gede Wanagiri. Nyai Gede Wanagiri yang telah menikah kembali, mendesak agar suami barunya ditunjuk sebagai Mangkubumi. Mangkubumi yang baru ini, dalam kenyataannya banyak menerima suap dari pedagang asing, sehingga tidak memiliki wibawa dan keputusannya lebih banyak tidak ditaati. Kekacauan di dalam negeri semakin membesar dan tidak dapat ditangani karena Mangkubumi lebih sibuk mengurus keributan yang ditimbulkan oleh pedagang Belanda dengan pedagang Inggris, Portugis, maupun pedagang dalam negeri.
Puncak dari kekacauan itu adalah dibunuhnya Mangkubumi, yang memicu terjadinya perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Pailir, yang terjadi di tahun 1608 – 1609 M. Perang untuk memperebutkan tahta yang dilancarkan oleh Pangeran Kulon, saudara sultan lain ibu ini, dapat dihentikan atas usaha Pangeran Jayakarta hingga dibuat perjanjian perdamaian antara semua pihak. Salah satunya adalah diangkatnya Pangeran Ranamanggala sebagai Mangkubumi dan wali dari sultan muda, semenjak itu Banten menjadi aman kembali.
Tetapi
di saat ini pulalah VOC sedang berada pada tahap perkembangannya yang agresif
dan sedang asyik memperkenalkan serta memaksakan sebuah sistem yang sama sekali
tak dikenal oleh tradisi Nusantara yang bertolak dari pemikiran laut bebas
(mare liberum). Sistem itu ialah monopoli. Maka perbenturan antara Batavia,
yang mempunyai kemampuan teknologi persenjataan yang lebih canggih dan tentara
yang telah mengalami suka-duka berbagai macam perang, dengan Banten, yang lebih
sibuk menjalin ikatan perdagangan terbuka. Perang terjadi dan Banten kalah.
Akan tetapi, lebih dari itu sekadar kekalahan kejatuhan Sultan Ageng bermula
dari pengkhianatan sang putra mahkota, Sultan Haji.
Sejak itu sejarah Banten adalah rentetan dari kisah yang “menunda kekalahan” saja. Fakta bahwa Putra Mahkota bisa berkhianat pada ayahandanya serta-merta menyebabkan karisma tradisional yang dipegang kraton pun meluntur pula. Seperti juga halnya dengan Mataram, ketika penetrasi dan pengaruh kekuasaan asing telah semakin dirasakan, maka kraton pun ada kalanya menjadi sasaran pemberontakan.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa (Abdulfattah) bisa dikalahkan, independensi Banten mulai setahap demi setahap digerogoti. Sultan Haji memerintah, tetapi hegemoni telah berada di tangan VOC. Kemudian hegemoni ini secara berangsur menjadi dominasi (mulai dari zaman Daendels) sampai akhirnya resmi berada di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda — kesultanan telah dihapuskan. Benar, sejarah Banten adalah sejarah tentang sebuah daerah di tanah air kita, tetapi dari sudut pandang lain, sejarah Banten mungkin bisa juga dilihat sebagai sebuah gambaran umum dari “lahir dan tumbangnya” kekuasaan pribumi — lahir, tumbuh, berkembang menjadi pusat dagang, melawan monopoli, perang, kalah, hegemoni asing, dominasi, akhirnya kolonialisme.
Jika diartikan secara harfiah ungkapan Prancis l’histoire se repete, sejarah berulang, memang tidak benar. Ungkapan ini tidak benar kalau sejarah diartikan sebagai salinan yang murni dari “apa, siapa, di mana, dan bila”, tetapi mempunyai validitas relatif kalau yang ingin ditemukan ialah pola umum yang berlaku. Peristiwa sejarah yang biasa dikatakan hanya sekali terjadi, einmalig, itu sesungguhnya mempunyai unsur yang “khusus” dan “umum”. Adapun yang khusus dan tak berulang ialah kenyataan bahwa “Sultan Ageng Tirtayasa (siapa) yang melawan usaha penetrasi kekuasaan Belanda (apa) di Banten (di mana) pada tahun 1682 (bila),” sedangkan yang merupakan gejala umum itu ialah kecenderungan bahwa “raja adalah lembaga yang pertama yang melawan usaha penetrasi Belanda”. Kecenderungan umum ini terjadi di manamana, meskipun dalam waktu atau abad yang berbeda-beda.
Meskipun dengan memakai konsep pola umum ini Banten unik juga-jika bukan dalam corak peristiwa yang dialaminya, setidaknya begitulah yang terjadi pada struktur kesadaran yang dipantulkan oleh satu-dua pejabat Belanda. Pada gilirannya kesadaran ini memberi akibat juga pada cara sebuah bangsa yang sedang berada dalam proses pembentukannya untuk melihat sejarahnya. Begitulah umpamanya, Onno Zwiervan Haren menulis sebuah drama yang mencekam dengan judul Agon Sulthan van Bantham . Drama ini berkisah tentang bantuan militer Belanda pada anak Sultan Ageng yang durhaka. Dan kemudian, siapakah yang bisa melupakan karya Multatuli, Max Havelaay, yang berkisah tentang penderitaan rakyat dan ketidakberdayaan pejabat yang bermaksud baik? Kolonialisme adalah hubungan internasional yang bercorak subordinatif dan eksploitatif mempunyai akibat sosial yang penting.
Sejak itu sejarah Banten adalah rentetan dari kisah yang “menunda kekalahan” saja. Fakta bahwa Putra Mahkota bisa berkhianat pada ayahandanya serta-merta menyebabkan karisma tradisional yang dipegang kraton pun meluntur pula. Seperti juga halnya dengan Mataram, ketika penetrasi dan pengaruh kekuasaan asing telah semakin dirasakan, maka kraton pun ada kalanya menjadi sasaran pemberontakan.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa (Abdulfattah) bisa dikalahkan, independensi Banten mulai setahap demi setahap digerogoti. Sultan Haji memerintah, tetapi hegemoni telah berada di tangan VOC. Kemudian hegemoni ini secara berangsur menjadi dominasi (mulai dari zaman Daendels) sampai akhirnya resmi berada di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda — kesultanan telah dihapuskan. Benar, sejarah Banten adalah sejarah tentang sebuah daerah di tanah air kita, tetapi dari sudut pandang lain, sejarah Banten mungkin bisa juga dilihat sebagai sebuah gambaran umum dari “lahir dan tumbangnya” kekuasaan pribumi — lahir, tumbuh, berkembang menjadi pusat dagang, melawan monopoli, perang, kalah, hegemoni asing, dominasi, akhirnya kolonialisme.
Jika diartikan secara harfiah ungkapan Prancis l’histoire se repete, sejarah berulang, memang tidak benar. Ungkapan ini tidak benar kalau sejarah diartikan sebagai salinan yang murni dari “apa, siapa, di mana, dan bila”, tetapi mempunyai validitas relatif kalau yang ingin ditemukan ialah pola umum yang berlaku. Peristiwa sejarah yang biasa dikatakan hanya sekali terjadi, einmalig, itu sesungguhnya mempunyai unsur yang “khusus” dan “umum”. Adapun yang khusus dan tak berulang ialah kenyataan bahwa “Sultan Ageng Tirtayasa (siapa) yang melawan usaha penetrasi kekuasaan Belanda (apa) di Banten (di mana) pada tahun 1682 (bila),” sedangkan yang merupakan gejala umum itu ialah kecenderungan bahwa “raja adalah lembaga yang pertama yang melawan usaha penetrasi Belanda”. Kecenderungan umum ini terjadi di manamana, meskipun dalam waktu atau abad yang berbeda-beda.
Meskipun dengan memakai konsep pola umum ini Banten unik juga-jika bukan dalam corak peristiwa yang dialaminya, setidaknya begitulah yang terjadi pada struktur kesadaran yang dipantulkan oleh satu-dua pejabat Belanda. Pada gilirannya kesadaran ini memberi akibat juga pada cara sebuah bangsa yang sedang berada dalam proses pembentukannya untuk melihat sejarahnya. Begitulah umpamanya, Onno Zwiervan Haren menulis sebuah drama yang mencekam dengan judul Agon Sulthan van Bantham . Drama ini berkisah tentang bantuan militer Belanda pada anak Sultan Ageng yang durhaka. Dan kemudian, siapakah yang bisa melupakan karya Multatuli, Max Havelaay, yang berkisah tentang penderitaan rakyat dan ketidakberdayaan pejabat yang bermaksud baik? Kolonialisme adalah hubungan internasional yang bercorak subordinatif dan eksploitatif mempunyai akibat sosial yang penting.
Sejak itu sejarah Banten adalah rentetan dari kisah yang “menunda
kekalahan” saja. Fakta bahwa Putra Mahkota bisa berkhianat pada ayahandanya
serta-merta menyebabkan karisma tradisional yang dipegang kraton pun meluntur
pula. Seperti juga halnya dengan Mataram, ketika penetrasi dan pengaruh
kekuasaan asing telah semakin dirasakan, maka kraton pun ada kalanya menjadi
sasaran pemberontakan.
Pemberontakan Cilegon sebenarnya memperlihatkan hal lain lagi. Banten yang telah kehilangan kesultanan ternyata tidak kehilangan beberapa hal yang fundamental, yaitu semangat independen, “nasionalisme lokal” yang kental, dan keterikatan pada norma keagamaan. Ketika kesultanan telah mengalami proses pelemahan dan kemudian malah dihapuskan dan di saat kedudukan bangsawan semakin terjepit, ketika itu pula para ulama semakin tampil sebagai pemimpin lokal.
Pemberontakan Cilegon sebenarnya memperlihatkan hal lain lagi. Banten yang telah kehilangan kesultanan ternyata tidak kehilangan beberapa hal yang fundamental, yaitu semangat independen, “nasionalisme lokal” yang kental, dan keterikatan pada norma keagamaan. Ketika kesultanan telah mengalami proses pelemahan dan kemudian malah dihapuskan dan di saat kedudukan bangsawan semakin terjepit, ketika itu pula para ulama semakin tampil sebagai pemimpin lokal.
Usaha Telur asin
USAHA TELUR ASIN
Menurut pengamatan saya,usaha telur asin memiliki prospek yang bagus. Di daerah tempat saya tinggal saat ini,agak sulit mencari produk telur asin, apalagi mencari dalam jumlah banyak misalnya untuk acara hajatan. Wah mesti pesan dulu kira-kira selama 1 bulan sebulum hari H.
Menurut pak Endang, umumnya telur asin di buat dari telur itik, namun ada juga yang di buat dari telur ayam.
Pertanyaan saya : mengapa di buat dengan telur itik ?
Pak Endang : karena telur itik memiliki cangkang yang lebih tebal dan hasilnya lebih enak.
Telur itik memiliki kandungan protein 13,1 presen-17 presen vitamin, dan mineral. Nilai kandungan tertinggi terletak pada kuning telur. Kuning telur mengandung asam lemak termasuk omega 3, asam lemak omega 3 merupakan asam lemak jenuh ganda yang sangat baik bagi tubuh. Yang tegolong dalam asam lemak ini adalah asam lemak alfa linoleat, ekosapentonoat ( EPA) dan dokosaheksonoat (DHA) yang merupakan asam lemak esensial yang di butuhkan tubuh untuk membantu metabolisme.
Pertanyaan saya : Bagaimana cara mengawetkan telur asin itu sendiri?
Pak Endang : Prinsip pengawetan telur asin yaitu dengan cara untuk
Mencegah bakteri dan mencegah keluarnya air dalam telur
Pengawetan telur tidaknya merusak lemak maupun komponen lainnya.
Pertanyaan saya : Cara pembuatan Telur Asin itu seperti apa ?
Pak Endang : Yang perlu Anda perhatikan pertama dalam membut telur asin
Adalah memilih telur itik yang berkualitas baik , tidak retak
Atau busuk.
Cara Tips Memilih telur asin yang bermutu baik adalah rendam dalam air, jika tenggelam maka kualitasnya baik.
Bagaimana cara pembuatan telur asin ?
Pak Endang : Pertama-tama anda harus membeli telur bebek yang bermutu baik
30 butir.
Yang kedua, abu gosok atau bubuk batu merah 1 liter.
Yang ketiga,bumbu dapur 1,5 kg
Yang keempat,larutan daun teh ( bila perlu) 50 gram teh/3 liter air
Yang kelima, air bersih secukupnya.
Alat apa saja yang perlu di gunakan ?
Pak Endang : Ember plastik, kuali tanah atau panci, kompor atau alat pemanas, alat pengaduk, stoples atau alat penyimpanan telur.
Cara pembuatannya yaitu
1. Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dielap dengan air hangat,kemudian keringkan.
2. Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka.
3. Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan perbandingan sama ( 1:1), dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran bubuk bata merah dengan garam.
4. Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbuntuk pasta.
5. Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira setebal 2-2mm.
6. Simpan telur dalam kuali tanah atau ember plastik selama 15-20 hari, usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat bersih dan terbuka.
Semakin tingginya persaingan dalam usaha,menutut adanya inovasi dalam sebuah usaha, begitu juga dengan telur asin, misalnya ada pengusaha yang membuat telur asin bakar,telur asin aneka rasa, dan telur asin rendah kolesterol.
Nah itu lah hasil wawancara saya dengan pak Endang, yang mempunyai usaha telur asin di rumahnya. Demikianlah hasil wawancara ini terimakasih.
Selasa, 08 Mei 2012
ULANGAN TENGAH SEMESTER KEWIRAUSAHAN
Nama : Rahayu Permata Hati
Prodi : Sejarah
Semester : IV
NIRM : 4322310030015
1.Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak berbuat apa-apa. jangan takut kepada kesalahan dengan syarat Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama. bagaimana komentar anda?
Jawab :
2..Jelaskan definisi kewirausahaan berdasarkan tiga pendekatan,yaitu ekonomi, psikologi, dan bisnis menurut Robert D. Hisrich?
JAWAB
5. Semakin memburuk kondisi sektor manufaktur berdampak pada rendahnya penciptaan kesempatan kerja. Kesempatan kerja disektor perdagangan mengalami penurunan terbesar. Hal ini terjadi karena semakin terpuruknya lapangan usaha perdagangan skala kecil yang berjumlah banyak diganti oleh peatnya ekspansi perdagangan besar ( hypermarket). menurut pendapat anda apa yang harus dilakukan oleh pemerintah agar pedang/penguasa kecil,baik karena faktor permodalan.?
Jawab:
kalau menurut saya,sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkan,terlebih dahulu diadakan penelitian atau dikembangkan menguntungkan atau tidak. Secara teknis mungkin saja usaha tersebut layak dilakukan atau tidak,tetap secara ekonomi dan sosial kemungkinan kurang memberikan manfaat. Dengan adanya strategi pemasarannya harus dilakukannya dengan cara meningkatkan dan memperbesar jumlah penjualan barang dan jasa yang sudah ada,serta meningkatkan penjualan dan penambahan pasar yang baru termasuk membuat jaringan dan berjenjang dan meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk baru.
Prodi : Sejarah
Semester : IV
NIRM : 4322310030015
1.Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak berbuat apa-apa. jangan takut kepada kesalahan dengan syarat Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama. bagaimana komentar anda?
Jawab :
Menurut Saya, kalau menjadi wirausaha harus mempunyai rasa percaya diri, dan harus mempunyai kemampuan dan kemauan, agar orang yang memiliki kemampuan tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan,keduanya tidak akan berhasil. Jika tidak mengulangi kesalahan yang sama kita harus mempunyai tekad yang kuat dan kerja keras.
JAWAB
- Menurut Robert D.Hisrich pendekatan ekonomi
Kewirausahaan adalah orang yang mampu mengkombinasikan sumber daya, bahan baku berbagai asset organisasi sehingga meningkatkan nilai sumber daya menjadi lebih besar dari sebelumnya juga merupakan seseorang yang memperkenalkan perubahan,inovasi dan menciptakan pesanan atau permintaan baru.
Menurut Saya, di lihat dari pendekatan ekonomi nya yaitu harus memiliki proses yang luar biasa, dimana di dalam kehidupan kita,harus melalui teknologi dan informasi yang akan mewujudkan timbulnya gagasan, kemauan dan dorongan untuk berinisiatif, berfikir kreatif dan bertindak inofatif,dan tidak menimbulkan perubahan konsep dan pola piker serta perilaku manusia sebagai mahluk ekonomi.
- Menurut Robert D.Hisrich pendekatan psikologi
Kewirausahaan adalah tipe orang yang didorong beberapa kekuatan untuk mencapai kebutuhan untuk mencapai atau meraih sesuatu,melakukan eksperimen untuk mencapai kesuksesan atau mungkin keluar dari kekuasan orang lain.
Kalau menuerut saya sebagai wirausaha usaha harus memiliki sifat dan dan prilaku kehidupan sehari-hari, agar seseorang mempunyai minat dan bakat pada kegiatan tertentu. Dan ia juga harus tertarik hingga terus mengerjakannya sampai ia mahir.
- Menurut Robet D.Hisrich pendekatan bisnis
Kewirausahaan adalah puluang bisnis bisa datang dari sisi supply maupun dari sisi demond. Bila peluang yang ada adalah dari supply, maka dengan memanfaatkan jaringan dan jalur-jalur lainya, kita berusaha untuk memperoleh informasi.
Kalau menurut saya sebagai wirausaha dilihat dari pendekatan bisnis adalah kewirausahaan dapat dipandang sebagai institusi kemasyarakatan yang mengandung nilai-nilai sumber daya dan tenaga dalam proses dan hasil bisnis.
1. 3. Jelaskan krakteristik profil w irausaha yang menonjol?
Jawab
Wirausaha dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang ide-ide,dan harus mampu merintis uasaha baru dalan bentuk usaha yang akan di pilihnya.
1. 4. Jelaskan tentang perbedaan antara entrepreneur dengan maneger?
Jawab
ENTREPRENEUR | MANAGE |
Risk Seeker and Risk Taker Berfikir,bertindak berdasar Apa yang dapat dilakukan Berupaya mengubah lingkungan kearah yang diinginkan berdasar visi dan nilai | Bekerja berdasarkan objective and rewrd Kurang toleran terhadap resiko dan ketidak pasti Berfikir bertindak berdasarkan apa yang harus di lakukan |
Jawab:
kalau menurut saya,sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkan,terlebih dahulu diadakan penelitian atau dikembangkan menguntungkan atau tidak. Secara teknis mungkin saja usaha tersebut layak dilakukan atau tidak,tetap secara ekonomi dan sosial kemungkinan kurang memberikan manfaat. Dengan adanya strategi pemasarannya harus dilakukannya dengan cara meningkatkan dan memperbesar jumlah penjualan barang dan jasa yang sudah ada,serta meningkatkan penjualan dan penambahan pasar yang baru termasuk membuat jaringan dan berjenjang dan meningkatkan penjualan dengan memperkenalkan produk baru.
Langganan:
Postingan (Atom)